Kota Bandung (ANTARA) - Pemerintah Kota Bandung meluncurkan fasilitas berupa Sekolah dan Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak (Senandung Perdana) sebagai upaya pencegahan terhadap kekerasan anak dan perempuan.
“Dengan harapan jangka panjang, sekolah perlindungan ini akan menekan kasus kekerasan yang terjadi di Kota Bandung, bahkan diharapkan bisa tidak terjadi sehingga bisa terwujudnya kota layak anak dan menuju kota yang ramah perempuan," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Uum Sumiati di Bandung, Senin.
Baca juga: Pemkot Bandung optimistis raih predikat tertinggi KLA
Menurut dia, Senandung Perdana sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena angka kekerasan terhadap anak di Kota Bandung cenderung tinggi.
Berdasarkan data, pada 2022 tercatat sebanyak 450 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan yang masuk ke laporan Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Kota Bandung.
"Empat jenis kekerasan yang tertinggi adalah kekerasan psikis, keduanya fisik, lalu seksual, dan yang keempatnya adalah penelantaran,” katanya.
Menurut dia persoalan kekerasan yang terjadi bukan hanya ditangani oleh pihaknya, tapi beririsan juga dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain, seperti kesehatan, pendidikan, kependudukan, tenaga kerja, dan dengan aspek lain.
"Nanti pun bila perlu dan kalau kita mampu persoalan ini diurutkan berdasarkan wilayah administrasi, bisa berbasis kecamatan atau kelurahan,” kata Uum.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyampaikan DP3A menjadi penggerak untuk mampu menginventarisasi kasus tak hanya di hilir, tapi juga di hulu.
"Dalam menangani persoalan ini jangan tiba-tiba yang jadi orientasi kita itu di hilir. Tetapi saya berpendapat itu idealnya kita inventarisasi persoalan itu di hulu," kata dia.
Ia berharap dengan hadirnya Senandung Perdana ini bisa menurunkan angka kasus kekerasan yang terjadi di Kota Bandung, mulai dari sekolah hingga lingkungan profesi.
"Ini menjadi atensi juga jika hal-hal semacam ini idealnya nanti tersampaikan juga di dunia pendidikan, supaya anak-anak itu mendapatkan penguatan dari aspek sistem moral,” kata Ema.