Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin seiring kenaikan tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS dan sentimen negatif di pasar keuangan.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,51 persen atau 78 poin menjadi Rp15.296 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.218 per dolar AS.
“Menguatnya imbal hasil obligasi AS sudah dipicu oleh penurunan peringkat utang AS dan ditambah dengan data inflasi produsen AS di akhir pekan kemarin masih menunjukkan potensi kenaikan inflasi di AS,” ujar dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Data inflasi produsen inti AS pada Juli 2023 sebesar 2,4 persen disebut masih stabil atau belum bergerak turun dibandingkan Juni 2023 yang juga berada pada posisi 2,4 persen.
"Dengan naiknya imbal hasil obligasi AS, pelaku pasar bisa jadi lebih memilih aset dolar AS dibandingkan rupiah. Selain itu dengan status dolar AS (sebagai) aset aman, isu negatif di perekonomian global seperti pelambatan ekonomi China," ungkapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah berpotensi melemah karena kenaikan imbal hasil obligasi AS