Sempat Terpuruk
Keindahan kawasan wisata di Garut itu seketika sempat meredup ketika pandemi COVID-19 melanda Indonesia, termasuk Kabupaten Garut, pada Maret 2020. Semua tempat wisata terpaksa ditutup, tidak boleh ada kunjungan wisatawan dari luar kota, termasuk juga masyarakat lokal.
Pandemi berdampak kepada persoalan industri pariwisata, seperti restoran, dan juga perhotelan. Sejumlah karyawan dari sektor pariwisata terpaksa harus dirumahkan untuk efisiensi biaya operasional hotel maupun restoran.
Terpuruknya pariwisata di Garut itu sempat membuat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut mengibarkan bendera warna putih, ungkapan mereka sudah menyerah di tengah gempuran pandemi COVID-19.
PHRI Garut mencatat ada 30 hotel di Garut mengekpresikan melalui bendera putih setelah pemerintah menetapkan kebijakan PPKM yang berdampak terhadap kegiatan masyarakat untuk berwisata.
Tidak hanya industri hotel dan restoran, keterpurukan juga menimpa sektor objek wisata milik pemerintah maupun swasta karena tidak ada pemasukan untuk biaya operasional di tempat wisata.
Salah satu objek wisata yang sangat tergantung pada kunjungan wisatawan adalah Taman Satwa Cikembulan. Pengelola objek wisata tidak hanya memikirkan operasional, tapi juga memikirkan hidup manusia yang bekerja di dalamnya.
Manager Operasional Taman Satwa Cikembulan, Rudi Arifin, pernah mengungkapkan kemampuan biaya operasional untuk kebutuhan pakan satwa hanya sampai Juni 2020. Artinya, di awal penetapan darurat COVID-19 tahun 2020, kondisinya langsung mengancam taman satwa tersebut.
Taman Satwa Cikembulan yang memiliki koleksi satwa sebanyak 435 ekor terdiri dari jenis satwa mamalia, aves dan reptil. Biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional setiap bulan mencapai Rp220 juta.
Spektrum - Berangsur pulihnya pariwisata Garut dari pandemi COVID-19
Oleh Feri Purnama Senin, 30 Januari 2023 20:56 WIB