Tak hanya itu, jika melihat sejarah, kemunculan Citayam Fashion Week ini hampir mirip dengan salah satu kiblat fashion dunia, yakni Harajuku Style, di Jepang.
"Menurut saya, ini hampir sama dengan kemunculan Harajuku di Jepang. Awalnya dianggap aneh, nyeleneh tapi lama kelamaan publik menerima," kata Deden Ramdan, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III Universitas Pasundan.
Bukan hal yang mustahil, gaung Citayam Fashion Week bisa seperti Harajuku Style, Jepang, jika pihak terkait bisa memberikan "treatment" yang tepat.
"Jika Citayam Fashion Week ini tidak dikelola, di-treatment" dengan baik oleh pihak terkait seperti pemerintah, maka saya menilai ini akan menjadi fenomena sesaat, lama kelamaan akan dilupakan oleh publik," kata dia.
Dia juga menilai para remaja SCBD tersebut penuh dengan potensi kreativitas dan ide cemerlang kekinian yang bisa berdampak positif.
Secara umum, dia memandang bahwa fenomena ini sebagai hal yang positif dan dirinya berharap Citayam Fashion Week dapat menjadi komunitas yang dikenal secara positif tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia Internasional.
Dia juga mengimbau para remaja untuk tetap mematuhi aturan yang ada seperti membubarkan diri sebelum larut malam, termasuk memasuki protokol kesehatan karena COVID-19 masih ada.