Chicago (ANTARA) - Emas berjangka merosot tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menandai penyelesaian terendah sejak pertengahan Oktober setelah gagal menemukan dukungan dari ketidakpastian seputar varian virus corona Omicron ketika indeks-indeks utama saham AS menguat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, anjlok 21,60 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi ditutup di 1.762,70 dolar AS per ounce, merupakan penyelesaian terendah untuk kontrak teraktif sejak 12 Oktober.
Baca juga: Harga emas sedikit lebih rendah di Asia, kenaikan dolar redupkan daya tarik
Sehari sebelumnya, Rabu (1/12/2021), emas berjangka terangkat 7,8 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.784,30 dolar AS, setelah jatuh 8,7 dolar AS atau 0,49 persen menjadi 1.776,50 dolar AS pada Selasa (30/11/2021), dan melemah 2,90 dolar AS atau 0,16 persen menjadi 1.785,20 dolar AS pada Senin (29/11/2021).
Permintaan safe haven awal untuk logam mulia yang disebabkan oleh kekhawatiran atas varian baru Omicron COVID-19 terbukti berumur pendek. "Ketakutan Omicron agak mereda akhir pekan ini dan itu mengembalikan selera risiko ke pasar," menurut analis senior Jim Wyckoff dari Kitco Metals.
Investor juga memperhatikan tanda-tanda kecenderungan hawkish dalam kebijakan moneter AS yang dapat mengendalikan kenaikan harga konsumen di masa depan.
"Pergeseran kebijakan Fed dan pernyataan bahwa ketakutan inflasi akan berkurang telah membuat investor merasa kurang yakin emas akan bullish," kata Jim Wyckoff, menunjuk ke penurunan harga minyak mentah yang mungkin menunjukkan penurunan tekanan inflasi juga.
Harga emas jatuh 21,60 dolar ke terendah 7 pekan, kekhawatiran Omicron reda
Jumat, 3 Desember 2021 7:41 WIB