Artikel - Rekonstruksi Pendidikan Jasmani di Indonesia: Sebuah Upaya Mengokohkan Kontribusi Pendidikan Jasmani dalam Membangun Karakter Bangsa
Kamis, 25 November 2021 23:20 WIB
Konsep pendidikan karakter adalah proses menanamkan karakter atau nilai-nilai tertentu sekaligus memberi benih agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalankan kehidupan (Andriany, 2016). Karena pendidikan tidak saja dipahami sebagai bentuk pengetahuan, tetapi juga dijadikan sebagai bagian dari hidup dan secara sadar hidup berdasarkan pada nilai -nilai etika (Ryan et al., 1999), maka untuk menumbuhkan karakter, harus melibatkan metode, teknik, dan materi agar tujuan dari pendidikan karakter itu tercapai (Licona, 1991). Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan nilai-nilai karakter, dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang efektif (DeBusk & Hellison, 1989; Metzler, 2017; Wortham, 2006; Yun-fei, 2004).
Salah satu alternatif untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran INTEGRATED ( I=Introduction, N=Narative, T=Tes (pre test), E=Education, G=Growth R=Repetisi, A=Action dan Analisis, T=Training, E=Evaluasi, D = Doing) sehingga desain pembelajaran ini dapat disebut dengan model INTEGRATED. Fase tersebut mencakup konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosio-kultural yang digagas oleh pemerintah untuk menumbuhkan karakter kebangsaan, yakni 1) olah hati (spiritual and emotional development), 2) olah pikir (intellectual development), 3) olah raga dan kinestetik (physical and kinaesthetic development), dan 4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Keempat proses psiko-sosial ini secara holistik dan koheren saling terkait dan saling melengkapi dalam rangka pembentukan karakter dan perwujudan nilai-nilai luhur dalam diri seseorang (Kemendiknas, 2010, pp. 9–10). Penguatan pendidikan karakter (PPK) tersebut kini dikembangkan menjadi profil Pelajar Pancasila, yang mencakup (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Berkebinekaan global, (3) Bergotong royong, (4) Mandiri, (6) Bernalar kritis, dan (7) Kreatif.
*) Guru Besar UPI Bidang Ilmu Pedagogi Olahraga
(Artikel diambil dari pidato saat pengukuhan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia, 24 November 2021 di Gedung Achmad Sanusi UPI Bandung)