Bandung, 4/6 (ANTARA) - PT Pindad untuk sementara waktu menghentikan produksi detonator di pabrik mereka di Kecamatan Turen Kabupaten Malang Jawa Timur hingga pemeriksaan internal terkait ledakan di gedung produksi itu tuntas.
"Saat ini produksi detonator dihentikan sementara waktu. Tim Internal kami sedang melakukan pengecekan dan investigasi di sana," kata Direktur Utama PT Pindad Adiek Aviantono ketika dihubungi dari Bandung, Jumat.
Menurut dia, tim internal dari PT Pindad, yang berkantor pusat di Bandung, diturunkan ke gedung produksi detonator Turen.
Menurut dia, tim tersebut bukan untuk melakukan pencarian penyebab kejadian itu, namun difokuskan pada investigasi pemanfaatan teknologi produksi di sana.
Tim tersebut sudah diturunkan sejak sehari kejadian. Mereka terdiri atas pakar dari PT Pindad. Namun tidak disebutkan lamanya tim internal BUMN strategis itu akan bekerja dan memberikan laporan hasil temuannya.
Adiek menyebutkan, teknologi pembuatan detonator di gedung produksi PT Pindad di Turen sudah digunakan sejak 2005. Teknologi itu diadopsi dari salah satu negara. Namun Adiek tidak mau menyebutkan negeri asal teknologi pembuatan alat pemicu bahan peledak itu.
"Tim internal melakukan investigasi teknologinya. Kita tak tahu teknologi itu masih cocok nggak saat ini atau tidak khususnya dari sisi keamanannya. Namun di Indonesia teknologi yang digunakan di pabrik kita di sana memang yang terbaru. " katanya.
Bila hasil pemeriksaan sudah tidak aman dan berbahaya dalam proses produksinya, menurut dia, maka akan diganti dengan teknologi lain yang lebih aman.
Dirut PT Pindad itu menyebutkan, selama ini produksi detonator oleh BUMN strategis itu rata-rata 1,5 juta unit per tahun. Jumlah tersebut masih kecil dan belum sebanding dengan kapasitas terpasang.
Detonator buatan Pindad tersebut selama ini digunakan untuk sektor pertambangan di Kalimantan, Sulawesi, dan di beberapa daerah lainnya. Sebagian besar yang menggunakan detonator adalah pertambangan baru bara dan semen.
"Secara keseluruhan, PT Pindad baru memenuhi 10-15 persen kebutuhan detonator secara nasional. Sisanya dipasok pihak lain melalui impor," katanya.
Terkait potensi kerugian yang dialami PT Pindad terkait penghentian produksi detonator itu, menurut Adiek pihaknya masih menghitungnya. Namun secara umum pihaknya saat ini fokus untuk melakukan penanganan pascaledakan yang menewaskan seorang karyawannya itu.
Ledakan di gedung produksi detonator itu terjadi pada Rabu (2/6) sekitar pukul 13.45 WIB. Seorang karyawan, yakni Tri Nurhuda (27), meninggal, sedangkan lima lainnya luka-luka.nnya luka-luka.
PINDAD HENTIKAN SEMENTARA PRODUKSI DETONATOR
Jumat, 4 Juni 2010 15:22 WIB