Antarajabar.com - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Iskandar Zulkarnain menyatakan hingga saat ini masih banyak paten yang dihasilkan oleh LIPI yang belum terserap oleh dunia industri di tanah air.
"Di kita itu banyak sekali paten yang sudah diregistrasi di Kementerian Hukum dan HAM tapi industri belum banyak yang memanfaatkannya," kata Iskandar Zulkarnain, usai meresmikan Inkubator Teknologi Cerdas (INTeC-LIPI) atau Smart Technology Incubator (STI), di Bandung, Senin.
Ia menuturkan saat ini ada 462 paten yang didaftarkan di LIPI namun jumlah paten yang sudah terserap oleh pelaku industri masih minim.
"Mungkin dari 462 paten LIPI yang diserap atau dipakai oleh industri itu masih kecil, secara internasional pun masih di bawah sekitar 10 persen-an," kata dia.
Menurut dia, masih banyaknya paten LIPI yang belum diserap oleh industri salah satunya dikarenakan belum samanya perspektif antara dunia industri dengan lembaga litbang di Indonesia.
"Dunia industri terlalu profit orientation, mereka (industri) selalu melihat (paten LIPI) sudah siap dikomersilkan atau belum. Jadi mereka tidak mau mengambil peran bagaimana membawanya ke ranah komersil, artinya industrinya lebih berperan sebagai trader daripada investor," kata dia.
Di sisi lain, lanjut Iskandar, ada juga kelemahan yang terdapat di lembaga litbang Indonesia, yakni masih melihat sebuah penelitian hanya pada aspek scientific kontribusi-nya saja," kata dia.
"Jadi litbang di kita masih memikirkan kontribusi ilmiah dalam menyelesaikan persoalan sehingga lupa melakukan kajian tekno ekonominya. Ini solusi yang ditawarkan itu ekonomis atau tidak, padahal ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi industri," kata dia.
Oleh karena itu, ia berharap peran pemerintah bisa menjembatani antara peneliti yang menciptakan sebuah riset dengan dunia industri agar bisa seiring sejalan.
"Pemerintah harus bisa mendekatkan, contoh begini kalau anda dengar Silicon Valley kenapa banyak peneliti dari negara lain datang ke sana karena kalau di sana boleh salah dan gagal. Nah kalau di kita, dipotong kalau gagal. Harusnya pemerintah memiliki mindset bahwa riset adalah investasi jangka panjang bukan proses produksi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
"Di kita itu banyak sekali paten yang sudah diregistrasi di Kementerian Hukum dan HAM tapi industri belum banyak yang memanfaatkannya," kata Iskandar Zulkarnain, usai meresmikan Inkubator Teknologi Cerdas (INTeC-LIPI) atau Smart Technology Incubator (STI), di Bandung, Senin.
Ia menuturkan saat ini ada 462 paten yang didaftarkan di LIPI namun jumlah paten yang sudah terserap oleh pelaku industri masih minim.
"Mungkin dari 462 paten LIPI yang diserap atau dipakai oleh industri itu masih kecil, secara internasional pun masih di bawah sekitar 10 persen-an," kata dia.
Menurut dia, masih banyaknya paten LIPI yang belum diserap oleh industri salah satunya dikarenakan belum samanya perspektif antara dunia industri dengan lembaga litbang di Indonesia.
"Dunia industri terlalu profit orientation, mereka (industri) selalu melihat (paten LIPI) sudah siap dikomersilkan atau belum. Jadi mereka tidak mau mengambil peran bagaimana membawanya ke ranah komersil, artinya industrinya lebih berperan sebagai trader daripada investor," kata dia.
Di sisi lain, lanjut Iskandar, ada juga kelemahan yang terdapat di lembaga litbang Indonesia, yakni masih melihat sebuah penelitian hanya pada aspek scientific kontribusi-nya saja," kata dia.
"Jadi litbang di kita masih memikirkan kontribusi ilmiah dalam menyelesaikan persoalan sehingga lupa melakukan kajian tekno ekonominya. Ini solusi yang ditawarkan itu ekonomis atau tidak, padahal ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi industri," kata dia.
Oleh karena itu, ia berharap peran pemerintah bisa menjembatani antara peneliti yang menciptakan sebuah riset dengan dunia industri agar bisa seiring sejalan.
"Pemerintah harus bisa mendekatkan, contoh begini kalau anda dengar Silicon Valley kenapa banyak peneliti dari negara lain datang ke sana karena kalau di sana boleh salah dan gagal. Nah kalau di kita, dipotong kalau gagal. Harusnya pemerintah memiliki mindset bahwa riset adalah investasi jangka panjang bukan proses produksi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016