Antarajabar.com - Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre Cianjur, Jabar, menilai keberadaan tengkulak dapat membantu tercapainya serapan gabah dari petani yang selama ini sullit dilakukan secara langsung.

"Tengkulak merupakan pelaku ekonomi terdekat dengan petani, mereka memberikan modal pada petani, sehingga membuat hasil panen terikat untuk dijual ke tengkulak. Kami sudah sering mencoba untuk langsung menyerap gabah dari petani, tapi tidak maksimal hasilnya," kata Kepala Bulog Subdivre Cianjur, Drajat Sudrajat pada wartawan, Minggu.

Dia menjelaskan, nilai gabah yang dipatok pada tengkulak tidak jauh dari angka yang ditetapkan Bulog seharga Rp3000 sampai Rp3500 per kilogram untuk gabah kering panen dan Rp4200 untuk gabah kering giling.

Pihaknya membayar gabah senilai Rp3600 untuk gabah kering panen dan Rp4500 untuk gabah kering giling, sehingga tidak ada pihak yang terlalu dirugikan. Sedangkan harga gabah anjlok, merupakan gabah yang dijual dari pengumpul gabah kering sisa panen atau babon, karena didapat dari sisa panen, nilai gabah yang dijual berkisar Rp3500 perkilo untuk gabah kering giling.

Sehingga hal tersebut, menjadi permasalahan di lapangan karena harga gabah yang dijual babon merupakan gabah sisa. Pihaknya mencatat sepanjang November serapan gabah dari petani mengalami surplus, bahkan jumlahnya mencapai dua kali lipat dari tahun lalu.

Dari target sebelumnya hanya 24 ribu ton, saat ini sudah tercapai 56 ribu ton, bahkan, hingga akhir tahun targetnya mencapai 68 ribu ton. Pertambahan tersebut dilakukan untuk mengimbangi kebutuhan beras untuk keluarga sejahtera di Cianjur karena selama ini kebutuhan beras Cianjur diperoleh dari tambahan beras dari kawasan Indramayu dan kota lain di Pantura.

"Kebutuhan rastra sebanyak 115 ribu ton, sekarang terpenuhi sampai 54 ribu atau 68 ribu ton, dimana serapan dari kota lain dapat dikurangi. Harapan kami ke depan dapat seimbang dengan kebutuhan diangka 115 ribu ton," katanya.

Terpenuhinya kebutuhan tersebut disertai dengan peningkatan kualitas beras untuk penerima raskin yang lebih terjaga karena sirkulasi lebih cepat dari awal masuk gudang hingga didistribusikan kembali ke warga penerima.

"Semakin cepat distribusi akan semakin bagus kualitas beras yang beredar di warga karena ini yang kami inginkan selama ini. Sehingga tidak tidak ada lagi beras yang buruk kualitasnya," kata Drajat. 

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016