Antarajabar.com - Musibah banjir yang terjadi di kawasan Bandung Selatan merupakan kesalahan bersama, atau 'berjamaah', kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar saat menjadi pembicara pada kegiatan Ngariung 'Bincang- Bincang Banjir Bandung Selatan', di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis.
        
"Bicara soal banjir atau bencana di Bandung Selatan itu tidak berdiri sendiri, beberapa ordo sungai bermuara di Citarum. Rata-rata di setiap ordo pun sudah ada pabrik. Jadi kalau ada kerusakan di ordo-ordo sungai dan airnya mengalir di Citarum, Bandung Selatan pasti tenggelam. Jadi bicara banjir Bandung Selatan itu tidak hadir sendiri. Siapa yang salah? ya ini sudah kesalahan berjamaah," katanya.
        
Ia mengatakan banyak pemukiman tak berizin dibangun di lingkungan sungai, dan tak terkontrol oleh pemerintah salah satunya.
        
Selain itu, masalah sampah, penebangan pohon di hulu sungai, dan limbah industri, tentu jadi penyumbang tercemarnya lingkungan, dan memperkuat potensi bencana banjir, di Bandung Selatan.
        
"Maka untuk penanganan banjir di Bandung Selatan tak hanya urusan Kabupaten Bandung. Diperlukan kerjasama lintas sektor untuk menyelesaikannya," katanya
   
Menurut Deddy, bencana hadir dari perbuatan manusia sendiri. Sementara itu, telah banyak pihak yang menyumbang terjadinya bencana di Bandung Selatan. Maka banjir Bandung Selatan adalah kesalahan 'berjamaah.
        
Hal yang sangat penting, lanjut Deddy, adalah komitmen pemerintah. Baik pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota karena tanpa ada komitmen yang kuat, sangatlah mustahil bisa menyelesaikan masalah banjir Bandung Selatan ini.
        
"Bagaimana sinergi antar Pemerintah tadi harus sangat tinggi. Kemudian juga masyarakat komunikasi juga diperlukan," kata dia.
        
Di samping itu, kotornya Citarum dan banjir Bandung Selatan, kata Deddy, itu merupakan 'Wajah Peradaban Manusia Saat ini'. Karena bencana sejatinya adalah ulah manusia
   
"Untuk membentuk peradaban, yang dibentuk dari 'habit' atau kebiasaan yang baik. Maka sikap 'peduli lingkungan' perlu disuarakan pula lewat sistem pendidikan," katanya.
        
"Makanya kalau bicara peradaban, kita harus bicara lewat sistem pendidikan. Sehingga melahirkan generasi yang memang peduli lingkungan. Peradaban kan luas sekali, Citarum wajah peradaban Jawa Barat, bukan hanya Kabupaten Bandung, termasuk pemerintah provinsi, dan pusat. Citarum sungai terkotor di dunia. Mau predikat apa lagi yang lebih memalukan?" katanya.
        
Sementara saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, telah membentuk kelompok 'Ecovillager' yang kini jumlahnya mencapai 3800 orang yang tersebat di 192 desa disekitar Citarum.
        
Orang-orang ini bertugas mengedukasi masyarakat tentang 'Desa Peduli Lingkungan' di daerah -daerah tersebut. Ini dilakukan guna mensinkronkan masyarakat terhadap  program 'Super-Prioritas,' yang telah dibentuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu 'Citarum Bestari'.
        
Program ini pun melibatkan berbagai instasi diantaranya Kementrian/ Lembaga (KLHK, BBWS, PU, BPDAS, dan BBKSDA), Perusahaan (PT Perkebunan, PJT, Perum Perhutan, Organisasi Perangkat Daerah (BAPPEDA, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, UMKM, PSDA, ESDM, BAKORWIL, BPMPD, Dinas Kehutanan, dll), ( Dispertasih, BLH, BPMPD, Diskimrum, BPLH, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan), dan lainnya.
        
Dalam  kegiatan bincang- bincang yang digelar Alumni ITB tersebut, Deddy menyayangkan masih adanya komponen masyarakat yang belum turut serta, yaitu Pengusaha.
        
Ini kan sudah menarik nih, makin banyak lembaga -lembaga atau masyarakat, dan ini Alumni ITB juga membahas soal itu. Ini tri- helix tadi sudah mulai kelihatan.
        
"Tapi saya belum lihat pengusahanya. Tapi minimal ada masyarakatnya. Masagi ya, masyarakat, pemerintah, yang punya komitmen. Sekarang akademisi, kalau bicara pengusahanya saya belum lihat. Karena pengusaha salah satu sumber juga, pabrik -pabrik yang menyumbang limbah, kan pengusaha. Saya kira dalam hal ini urusan penegakan hukum. Kita harus dikuatkan dari penegakan hukum lingkungan dan masalah tata ruang," katanya.
        
Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Bandung Gun Gun Gunawan pun mengatakan bahwa masalah banjir selatan, tidak bisa diselesaikan oleh Kabupaten Bandung saja. Perlu sinergitas kabupaten/kota 'tetangga' untuk bersama- sama membenahi lingkungan.
        
"Kondisi lingkungan di Kabupaten Bandung tidak terlepas dari kerjasama berbagai pihak untuk berkomitmen bersama. Ada beberapa aliran anak sungai di kabupaten Bandung juga berasal dari Sumedang dan Kota Bandung," katanya.
        
"Saya ingin mengajak bahwa kampus di Jawa Barat, juga bersinergi untuk masalah lingkungan tidak hanya Kabupaten Bandung, tapi juga Jawa Barat," lanjut Gun Gun.

    



    

    

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016