Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengingatkan sawah tadah hujan di daerah ini seluas 10 ribu hektare dinilai berisiko untuk ditanami padi saat kemarau, sehingga petani sebaiknya menanam jenis tanaman pangan yang tidak membutuhkan banyak air.

"Kalau sawah tadah hujan sudah berat, tapi kalau sawah beririgasi masih bisa," kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan pada Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut Ardhy Firdian, di Garut, Jumat.

Ia menuturkan lahan pertanian di Kabupaten Garut memiliki luas lahan tadah hujan sekitar 10 ribu hektare yang hanya bisa melakukan tanam maupun panen saat musim hujan, karena kebutuhan airnya tergantung pada hujan.

Kondisi lahan seperti itu, kata dia, tentunya harus menjadi perhatian petani untuk memperhitungkan jenis tanaman apa yang cocok agar tidak mengalami kerugian yang besar saat kemarau.

"Jagung, kedelai, tembakau, contoh komoditas yang bisa ditanam pada masa peralihan musim," katanya pula.

Dia menambahkan, musim kemarau tahun ini diperkirakan kemarau basah artinya meski terjadi kemarau tetapi masih akan turun hujan, meskipun intensitasnya tidak tinggi atau sering.

"Istilahnya kemaraunya normal, tapi masih ada kemungkinan terdapat hujan. Saat ini kondisinya masih ada tanaman, tapi memang ada beberapa wilayah yang selalu mengalami kekeringan," katanya lagi.
Kondisi kemarau tahun ini, kata dia, dinilai lahan tadah hujan masih bisa produktif untuk menghasilkan tanaman pangan, dengan syarat tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air di sekitar.

"Harus bisa dipastikan pasokan airnya memang mencukupi," kata dia.

Ia menambahkan petani yang saat ini sudah melakukan kegiatan menanam tanaman pangan, namun sudah dilanda kekeringan dan kesulitan air maka akan dibantu dengan cara pompanisasi.

"Kami juga sudah menyiapkan pompa air, bilamana dibutuhkan untuk memompa air ke lahan sawah yang memerlukan," katanya.


 

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024