Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mengatakan 80 persen kasus COVID-19 di Provinsi Jabar saat ini terkonsentrasi di enam daerah, yakni Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Kota Bandung.
"Jadi 80 kasus di Jabar hanya ada di enam kota, yakni Bogor (kota dan kabupaten), Depok, Bekasi (kota dan kabupaten) dan Kota Bandung serta 20 persen sisanya tersebar di daerah lain," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate Bandung, Senin.
Oleh karena itu, kata Ridwan Kamil, mobilitas atau pergerakan warga di antara Kawasan Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek), dan Bandung saat ini diwaspadai.
Baca juga: Dekranasda waspadai dampak kenaikan COVID-19 terhadap UMKM Jabar
Menurut dia, saat ini kasus COVID-19 sedang tinggi-tingginya, namun tingkat keterisian rumah sakit masih aman tidak seperti saat kasus COVID-19 varian Delta yang mewabah di Tanah Air.
"Kalau waktu (varian) Delta dulu kasusnya tinggi dan BOR-nya juga tinggi, sekarang kasusnya tinggi, BOR-nya masih rendah," kata dia.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Kabupaten Cirebon naik
Lebih lanjut, ia mengatakan pembelajaran tatap muka atau PTM di enam daerah yang kasus COVID-19 tinggi juga akan dievaluasi.
"PTM yang dievaluasi di enam kota tersebut, tren itu tidak bisa disamakan. Jadi, kalau bertanya COVID, jangan tanya Jabar terlalu umum, karena beda-beda," kata dia.
Ia mengatakan sejumlah rumah sakit di Jawa Barat sudah bersiaga menghadapi lonjakan kasus COVID-19 saat ini seperti menaikkan kapasitas ruang perawatan bagi pasien COVID-19.
Baca juga: DKI, Jabar dan Banten sumbang 90,4 persen kasus dalam sepekan ini
"Rumah sakit sudah mulai kita naikkan lagi kapasitasnya, oksigen disiapkan dan arahan Menkes kalau gejala ringan atau tidak bergejala tidak usah minta dirawat di rumah sakit," kata dia.
Baca juga: Pemerintah Provinsi Jabar siaga hadapi dampak penularan Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Jadi 80 kasus di Jabar hanya ada di enam kota, yakni Bogor (kota dan kabupaten), Depok, Bekasi (kota dan kabupaten) dan Kota Bandung serta 20 persen sisanya tersebar di daerah lain," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate Bandung, Senin.
Oleh karena itu, kata Ridwan Kamil, mobilitas atau pergerakan warga di antara Kawasan Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek), dan Bandung saat ini diwaspadai.
Baca juga: Dekranasda waspadai dampak kenaikan COVID-19 terhadap UMKM Jabar
Menurut dia, saat ini kasus COVID-19 sedang tinggi-tingginya, namun tingkat keterisian rumah sakit masih aman tidak seperti saat kasus COVID-19 varian Delta yang mewabah di Tanah Air.
"Kalau waktu (varian) Delta dulu kasusnya tinggi dan BOR-nya juga tinggi, sekarang kasusnya tinggi, BOR-nya masih rendah," kata dia.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Kabupaten Cirebon naik
Lebih lanjut, ia mengatakan pembelajaran tatap muka atau PTM di enam daerah yang kasus COVID-19 tinggi juga akan dievaluasi.
"PTM yang dievaluasi di enam kota tersebut, tren itu tidak bisa disamakan. Jadi, kalau bertanya COVID, jangan tanya Jabar terlalu umum, karena beda-beda," kata dia.
Ia mengatakan sejumlah rumah sakit di Jawa Barat sudah bersiaga menghadapi lonjakan kasus COVID-19 saat ini seperti menaikkan kapasitas ruang perawatan bagi pasien COVID-19.
Baca juga: DKI, Jabar dan Banten sumbang 90,4 persen kasus dalam sepekan ini
"Rumah sakit sudah mulai kita naikkan lagi kapasitasnya, oksigen disiapkan dan arahan Menkes kalau gejala ringan atau tidak bergejala tidak usah minta dirawat di rumah sakit," kata dia.
Baca juga: Pemerintah Provinsi Jabar siaga hadapi dampak penularan Omicron
Editor : Ajat Sudrajat
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022