Wakil Ketua DPRD Kabupaten Garut Rd M Romli meminta pemerintah kabupaten untuk dapat menjamin kebutuhan dasar hidup korban asusila oleh guru di sebuah pesantren di Bandung karena korban asal Garut itu merupakan kalangan dari keluarga kurang mampu yang membutuhkan bantuan dari pemerintah.
"Pemkab Garut melalui dinas terkait bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari para korban, jadi, tidak hanya dilakukan pendampingan, baik secara psikologis maupun saat menjalani persidangan," kata Rd M Romli melalui siaran pers di Garut, Jumat.
Ia menuturkan sebanyak 11 santriwati warga Garut menjadi korban tindakan asusila pelaku yang merupakan guru di salah satu pesantren di Kota Bandung.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil pastikan perlindungan santriwati korban perkosaan
Korban yang saat ini sudah kembali ke orang tuanya itu, kata dia, harus mendapatkan perhatian serius, apalagi ada korban yang sampai melahirkan dan saat ini kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya.
Menurut dia korban asusila itu merupakan kalangan dari keluarga tidak mampu, untuk itu pemerintah daerah harus memastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi sehingga tidak lagi menambah beban dalam hidupnya.
"Jangan sampai kekurangan itu menambah beban para korban," kata politisi PKB itu.
Ia berharap pemerintah daerah juga memberikan jaminan layanan kesehatan bagi korban yang sedang hamil, maupun yang sudah melahirkan
Jajaran puskesmas setempat, kata dia, dapat berperan aktif untuk rutin memeriksa kandungan maupun bayi yang dilahirkan korban sehingga kondisinya tetap sehat.
"Dari Dinas Kesehatan melalui puskesmas terdekat melalui para bidan yang dekat dengan rumah-rumah korban untuk memantau kondisi perkembangan ibu dan anak-anak korban," katanya.
Baca juga: Atalia Kamil minta masyarakat tidak sudutkan santriwati korban perkosaan
Ia menambahkan persoalan lain yang harus diperhatikan pemerintah daerah yaitu hak pendidikannya karena korban masih usia sekolah atau di bawah umur.
"Kami tidak berharap dengan kejadian tersebut pendidikan yang seharusnya didapatkan malah terbengkalai," katanya.
Sebelumnya, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut menyampaikan ada 11 korban perempuan warga Garut yang menjadi korban perbuatan asusila oleh guru pesantren di Kota Bandung.
Tercatat ada delapan korban yang sudah melahirkan, dan saat ini tinggal bersama orang tuanya dengan pendampingan dari tim P2TP2A Garut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Pemkab Garut melalui dinas terkait bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari para korban, jadi, tidak hanya dilakukan pendampingan, baik secara psikologis maupun saat menjalani persidangan," kata Rd M Romli melalui siaran pers di Garut, Jumat.
Ia menuturkan sebanyak 11 santriwati warga Garut menjadi korban tindakan asusila pelaku yang merupakan guru di salah satu pesantren di Kota Bandung.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil pastikan perlindungan santriwati korban perkosaan
Korban yang saat ini sudah kembali ke orang tuanya itu, kata dia, harus mendapatkan perhatian serius, apalagi ada korban yang sampai melahirkan dan saat ini kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya.
Menurut dia korban asusila itu merupakan kalangan dari keluarga tidak mampu, untuk itu pemerintah daerah harus memastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi sehingga tidak lagi menambah beban dalam hidupnya.
"Jangan sampai kekurangan itu menambah beban para korban," kata politisi PKB itu.
Ia berharap pemerintah daerah juga memberikan jaminan layanan kesehatan bagi korban yang sedang hamil, maupun yang sudah melahirkan
Jajaran puskesmas setempat, kata dia, dapat berperan aktif untuk rutin memeriksa kandungan maupun bayi yang dilahirkan korban sehingga kondisinya tetap sehat.
"Dari Dinas Kesehatan melalui puskesmas terdekat melalui para bidan yang dekat dengan rumah-rumah korban untuk memantau kondisi perkembangan ibu dan anak-anak korban," katanya.
Baca juga: Atalia Kamil minta masyarakat tidak sudutkan santriwati korban perkosaan
Ia menambahkan persoalan lain yang harus diperhatikan pemerintah daerah yaitu hak pendidikannya karena korban masih usia sekolah atau di bawah umur.
"Kami tidak berharap dengan kejadian tersebut pendidikan yang seharusnya didapatkan malah terbengkalai," katanya.
Sebelumnya, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut menyampaikan ada 11 korban perempuan warga Garut yang menjadi korban perbuatan asusila oleh guru pesantren di Kota Bandung.
Tercatat ada delapan korban yang sudah melahirkan, dan saat ini tinggal bersama orang tuanya dengan pendampingan dari tim P2TP2A Garut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021