Ngamprah, 14/10 (ANTARA) - Sebanyak 35 petugas pemadam kebakaran (Damkar) UPTD Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jabar, mendapatkan latihan rapeling atau turun tebing sepanjang 125 meter di Gunung Pabeasan Citatah.
Latihan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kejadian bencana yang harus dihadapi oleh petugas Damkar, kata Kepala UPTD Damkar KBB Dadang Dahyar pada wartawan, Kamis.
Menurutnya, petugas Damkar memiliki tugas yang tidak hanya harus sigap mengatasi kebakaran tapi juga berbagai bencana lainnya seperti banjir atau longsor.
"Salah satu tugas Damkar itu untuk menangani korban bencana alam. Ini sesuai dengan hasil musyawarah besar (Mubes) Asosiasi Pemadam Kebakaran Indonesia (APKI) yang menghasilkan kesepakatann diantaranya untuk meningkatkan bidang kerja Damkar agar personilnya juga pandai menanggulangi bencana alam dan menangani korban," kata Dadang.
Lebih lanjut Dadang mengatakan, kegiatan rapeling merupakan kegiatan lanjutan dari simulasi bencana air yang digelar bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar.
Sebanyak 13 orang personel damkar KBB yang sudah berpengalaman diharuskan mengikuti kegiatan tersebut untuk menjaga reflek dan daya tahan tubuh guna diterjunkan menghadapi berbagai situasi yang ekstrim.
"Untuk menghadapi berbagai bencana kami ingin membentuk petugas yang siap dengan berbagai kondisi yang didapapinya. Ini sesuai dengan Permendagri nomor 16 Tahun 2009 tentang standar kualifikasi aparatur pemadam kebakaran dimana seorang pemadam harus terbebas dari beberapa penyakit seperti jantung atau paru-paru," ucapnya.
Diakui Dadang, jika saat ini damkar KBB masih terkendala dengan peralatan dan jumlah petugas yang dimilikinya. Hal ini tidak sebanding dengan luas wilayah KBB yang terdiri dari 15 kecamatan dan 165 desa.
Saat ini personil dimiliki Damkar ada 38 orang dengan hanya dilengkapi 2 unit mobil Damkar. Berbeda dengan Kota Cimahi yang kendaraan banyak namun kekurangan personel sehingga ketika ada bencana kebakaran baik Cimahi, KBB, ataupun Kabupaten Bandung kerap saling berkoordinasi.
Tak jauh beda, saat Damkar KBB melakukan latihan rapeling atau turun tebing, sambungnya, peralatan yang digunakan merupakan hasil pinjaman dari anggota yang kebetulan memiliki peralatan panjat sendiri.
"Untuk latihan ini, kita meminjam peralatan berupa tali, webbing, harnest, carabiner, dan lain-lain dari anggota yang pandai memanjat. Kitapun punya anggota yang sudah mengantongi sertifikat dari Skygers, sekolah panjat tebing di Kota Bandung," imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Penanggulangan dan Pelatihan Damkar KBB Setia Permana mengatakan, dari hasil pelatihan dan simulasi yang dilakukan secara rutin kemudian ditindaklanjuti dengan evaluasi dan penilaian masing-masing.
Pihaknya akan membentuk tim rescue yang bertugas menyelamatkan nyawa manusia sehingga diperlukan fisik, kemampuan, dan respon time yang cepat.
"Saat ini tuntutan kepada petugas damkar sangat komplek. Respon time/kecepatan, ketelitian dan kehati-hatian menjadi faktor utama dalam melaksanakan tugas di lapangan karena itu dibutuhkan petugas-petugas yang prima," pungkasnya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Latihan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kejadian bencana yang harus dihadapi oleh petugas Damkar, kata Kepala UPTD Damkar KBB Dadang Dahyar pada wartawan, Kamis.
Menurutnya, petugas Damkar memiliki tugas yang tidak hanya harus sigap mengatasi kebakaran tapi juga berbagai bencana lainnya seperti banjir atau longsor.
"Salah satu tugas Damkar itu untuk menangani korban bencana alam. Ini sesuai dengan hasil musyawarah besar (Mubes) Asosiasi Pemadam Kebakaran Indonesia (APKI) yang menghasilkan kesepakatann diantaranya untuk meningkatkan bidang kerja Damkar agar personilnya juga pandai menanggulangi bencana alam dan menangani korban," kata Dadang.
Lebih lanjut Dadang mengatakan, kegiatan rapeling merupakan kegiatan lanjutan dari simulasi bencana air yang digelar bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar.
Sebanyak 13 orang personel damkar KBB yang sudah berpengalaman diharuskan mengikuti kegiatan tersebut untuk menjaga reflek dan daya tahan tubuh guna diterjunkan menghadapi berbagai situasi yang ekstrim.
"Untuk menghadapi berbagai bencana kami ingin membentuk petugas yang siap dengan berbagai kondisi yang didapapinya. Ini sesuai dengan Permendagri nomor 16 Tahun 2009 tentang standar kualifikasi aparatur pemadam kebakaran dimana seorang pemadam harus terbebas dari beberapa penyakit seperti jantung atau paru-paru," ucapnya.
Diakui Dadang, jika saat ini damkar KBB masih terkendala dengan peralatan dan jumlah petugas yang dimilikinya. Hal ini tidak sebanding dengan luas wilayah KBB yang terdiri dari 15 kecamatan dan 165 desa.
Saat ini personil dimiliki Damkar ada 38 orang dengan hanya dilengkapi 2 unit mobil Damkar. Berbeda dengan Kota Cimahi yang kendaraan banyak namun kekurangan personel sehingga ketika ada bencana kebakaran baik Cimahi, KBB, ataupun Kabupaten Bandung kerap saling berkoordinasi.
Tak jauh beda, saat Damkar KBB melakukan latihan rapeling atau turun tebing, sambungnya, peralatan yang digunakan merupakan hasil pinjaman dari anggota yang kebetulan memiliki peralatan panjat sendiri.
"Untuk latihan ini, kita meminjam peralatan berupa tali, webbing, harnest, carabiner, dan lain-lain dari anggota yang pandai memanjat. Kitapun punya anggota yang sudah mengantongi sertifikat dari Skygers, sekolah panjat tebing di Kota Bandung," imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Penanggulangan dan Pelatihan Damkar KBB Setia Permana mengatakan, dari hasil pelatihan dan simulasi yang dilakukan secara rutin kemudian ditindaklanjuti dengan evaluasi dan penilaian masing-masing.
Pihaknya akan membentuk tim rescue yang bertugas menyelamatkan nyawa manusia sehingga diperlukan fisik, kemampuan, dan respon time yang cepat.
"Saat ini tuntutan kepada petugas damkar sangat komplek. Respon time/kecepatan, ketelitian dan kehati-hatian menjadi faktor utama dalam melaksanakan tugas di lapangan karena itu dibutuhkan petugas-petugas yang prima," pungkasnya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010